Quantcast
Channel: Baca Biar Beken
Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Bookish Confession: Indahnya Buku Obralan

$
0
0



Saya bisa menahan godaan bakso tusuk yang penjualnya embak-embak berpakaian menantang, atau sale sepatu casual di Sport Station yang hits banget itu. Tapi, saya menyerah kalau sudah ketemu sama buku-buku obralan. Untuk 'jajajan' yang satu ini, I cannot! Buku obral dengan rentang harga kelipatan 5rb (5rb, 10rb, 15rb, 20rb, 25rb, dan 30rb) adalah jenis buku yang paling susah untuk ditolak, apalagi bukunya bagus, ditulis oleh penulis bagus, dan diterbitkan oleh penerbit tepercaya. Kalau saya menemukan buku-buku semacam ini, saya tidak lagi memikirkan kapan akan membacanya, apakah saya benar membutuhkannya, atau apakah masih ada sisa ruang di bawah tempat tidur saya yang sekarang lebih banyak buku ketimbang debunya itu. Saat menemukan buku bagus diobral murah, rasa iba sontak memenuhi kepala saya. Betapa sangat kasihan buku-buku obralan itu, yang dengan sampul sayu dan halaman unyu seperti melambai-lambai untuk minta dibawa pulang ke komunitas timbunan. Maka, saya boronglah buku-buku obralan bagus itu. Haloooo ... buku bagus dan murah geto loh. *dilempar Mahabharata versi wattpad.

Saya ini sensitif, mudah tersentuh, dan terharu kalau melihat hal-hal yang membuat treyuh hati. Nah, jadi jangan salahkan saya kalau saya selalu tersentuh dan tergerak untuk mengadopsi buku-buku obralan itu.Mengapa buku-buku obralan memiliki efek sedemikian dahsyat? Karena saya tahu dan merasakan sendiri betapa rumit dan (kadang) beratnya perjuangan sebuah naskah hingga akhirnya terbit menjadi buku. Sejak 2007 hingga sekarang, saya kecemplung bahagia di dunia editor. Dunia yang membuat saya jadi dekat dengan buku-buku. Jika dulu hanya bisa memeluk buku yang sudah jadi, sekarang memeluk monitor karena naskah editan yang belum jadi-jadi. Kalau dulu pengen banting buku jelek yang harganya kemahalan, sekarang pengen banting naskah jelek yang penulisnya pun belum bisa membedakan 'diatas' dan 'di makan'. Menjadi editor membuat saya jadi lebih menghargai buku, karena saya mengalami sendiri betapa menulis dan menyunting buku itu tidak mudah. Seperti kata Stephen King, jika menulis adalah pekerjaan manusia maka menyunting adalah pekerjaan para dewa.Kalau macam peribahasa itu men sana menggok mrene waealias di balik sebuah buku yang hebat terdapat editor yang kumat darah tingginya.



Karena tahu bahwa menulis buku itu susah, inilah yang lalu membuat saya antara miris campur sesek setengah seneng saat melihat buku-buku diobral. Saya bayangkan malam-malam yang dihabiskan penulis sendirian untuk menulis naskahnya, jam-jam panjang ketika editor mungkin sampai eneg karena harus membaca satu naskah yang sama sebanyak lima kali (dan itu pun masih ada aja typo yang terlewat), juga perjalanan panjang yang harus ditempuh si buku kesayangan sebelum sampai ke tangan pembaca. Betapa sungguh tidak adilnya ketika buku itu kemudian dijumpai di obralan dengan harga lima ribuan dalam kondisi masih segel rapi serapi kesucian diri ini. Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk buku-buku indah itu selain memborongnya untuk dijual lagidikoleksi meskipun saya sudah punya (dan beli dengan harga asli #nyesek ganda campuran). Jadi, intinya, saya menimbun buku obralan karena kasihan sama buku-buku itu *alasan macam apa ini!* Sekian untuk posting bareng bulan ini.


borong buku-pendidikan.kampung-media.com


“Collect books, even if you don't plan on reading them right away. Nothing is more important than an unread library.”(John Waters)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Trending Articles