Judul : The Song of Achilles (Nyanyian Achilles)
Pengarang : Madeline Miller
Penerjemah : Tanti Lesmana
Teal : 488 pages, Paperback
Cetakan: 1, April 2019
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020628202
Achilles menjadi bagian dari pasukan Yunani pimpinan Raja Agamemnon (maaf kalo salah tulis) dan dia menjadi pahlawan kunci kemenangan pasukan Yunani. Kisah penyerbuan Troy ini diawali dengan penculikan Helen oleh Paris, salah satu dari banyak pangeran Troya. Sebagai bentuk kesetiakawanan, para pangeran dan prajurit menyerang dan mengepung kota Troya sampe 10 tahun lamanya.
Tapi serbuan pada Troya hanya menjadi latar sejarah di buku ini, meskipun penting dan menarik juga untuk disimak sehingga saya bisa jadi lebih tahu dengan urut-urutan linimasa berlangsungnya Perang Troya. Selebihnya, pengarang berfokus mengulik perjalanan hidup Achilles dan Patroclus mulai dari kecil, remaja, hingga dewasa. Bagaimana persahabatan di antara keduanya kemudian tumbuh menjadi rasa sayang yang melebihi saudara. Dan kisah asmara kedua pria ini dibeber habis habisan di buku ini. Walau di beberapa bagian penggambarannya lumayan vulgar dan meresahkan vulgar, secara garis besar kisah keduanya cenderung manis.
Satu hal yang menarik perhatian saya adalah campur tangan Dewa Dewi Yunani dalam kisah buku ini. Walau fiksi sejarah, tetapi sosok Dewi Minor Tethys yang merupakan ibu dari Achilles punya peran besar dalam menggerakkan cerita. Kemunculannya seperti membawa warna segar dalam kisah ini, menyelingi sikap Patroclus yang kadang terlalu baper, serta Achiles yang kadang begitu bucin. Kemunculannya menjadi sela dalam gelaran drama politik manusia yang kadang membosankan.
Awalnya geregetan sama Tethys ini, tp semakin ke belakang sosoknya makin unik dan punya tempat tersendiri. Kita bisa mamahami bagaimana perasaan seorang ibu (apalagi ibunya ini dewi loh) terhadap putranya: antara ingin membuatnya bahagia (sesuai pemikiran orang tua) dan membiarkan putranya memilih kebahagiaannya sendiri.
Kisah Achilles dan Patroclus ini berujung sedih, tetapi sedih yang entah bagaimana manis. Pengarang elok sekali menyusun cerita yang benar-benar menarik untuk terus dibaca, terutama di separuh bagian belakang. Diawali dengan perkenalan polos, lalu keakraan yang intim, bucin dan aper diantara dua cowok, hingga berujung pada pengorbanan epik perlambang puncak kisah kasih.
Membaca buku ini ibarat membaca Illiad dalam versi yang lebih ringan sekaligus dari sudut pandang yang benar-benar berbeda. Cinta ada sejak awal sejarah peradaban manusia, dan akan terus tumbuh bersemi dalam berbagai bentuknya.