Quantcast
Channel: Baca Biar Beken
Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Blogtour and Giveaway Candide

$
0
0
Judul: Candide
Pengarang: Voltaire
Penerjemah: Widya Mahardika Putra
Editor: Widya Mahardika Putra
Sampul: Suku Tangan
Cetakan: 1, Agustus 2019 
Tebal: 204 hlm
Penerbit: DIVA Press




Candide adalah sebuah novel satire yang ditulis oleh seorang pujangga termasyhur dari Prancis, Voltaire (1694 - 1778), pada tahun 1759. Novel ini mengulas kehidupan getir seorang Candide yang dalam seluruh rentang kehidupannya mengalami berbagai kehilangan dan kemalangan. Pemuda itu memiliki seorang guru filsafat bernama Pangloss yang menganut doktrin optimism kehidupan. Ajarannya yang senantiasa diulang-ulang dan ditekankan kepada Candide adalah bahwa segala hal di dunia ini tidaklah mungkin menjadi berbeda; segalanya diciptakan untuk suatu tujuan, jadi semuanya ada untuk tujuan terbaik (hlm. 9). Ajaran positif inilah yang kemudian menguasai dan menyetir jiwa Candide. Maka, ia tetap berpikir positif ketika ia akhirnya diusir dari kastil karena jatuh cinta kepada Cunegonde yang merupakan nona majikannya. Begitulah yang sudah seharusnya, mungkin demikian pikir Candide.

Sejak saat itu, dimulailah pengembaraan si pemuda Candide dalam menjelajahi dunia demi menemukan kebenaran dari tesis yang selalu diajarkan gurunya. Mula-mula ia pergi ke Westphalia, menjadi seorang tentara Bulgaria yang menyaksikan kejamnya perang yang tidak kenal ampun, baik pada tentara maupun warga sipil. Dan, Candide masih bertahan dengan doktrin positivisme kehidupannya. Selanjutnya ia ke Paris, dimana ia mengetahui bahwa keluarga majikan dan pujaan hatinya telah diperkosa dan dibunuh oleh tentara Bulgaria. Candide hampir saja menyerah kalau saja yang menyampaikan berita itu bukan Pangloss, gurunya sendiri. Maka, diliputi dengan kesedihan, keduanya pun memutuskan untuk meninggalkan Paris dan benua Eropa yang seolah begitu kejam kepada takdir manusia.

"Manusia sangat senang berkelana dan kemudian menceritakan sekaligus memamerkan apa yang ia telah lihat dalam petualangannya."(hlm. 108)


Maka, sampailah mereka di Lisbon, Portugal. Di kota ini, mereka menyaksikan penolongnya yang begitu baik tenggelam di lautan, dan kemudian merasakan sendiri bencana gempa bumi dan tsunami yang menghantam kota itu pada tahun 1755. Kota itu porak-poranda, dan keduanya kemudian ditangkap karena tuduhan menyebabkan bencana itu. Candide sedih sekali ketika gurunya dihukum gantung. Namun, Candide tetap bersikeras mempertahankan tesis gurunya bahwa hidup itu baik.

"Kejahatan pasti akan mendatangkan hukuman."(hlm. 125)


Muak dengan daratan Eropa yang begitu keji, Candide dan Cunegonde memutuskan untuk berlayar jauh ke seberang lautan. Maka, sampailah mereka ke Amerika Selatan. Di tempat baru ini, nasib kembali tidak memihak Candide. Bingung dengan hidup yang seolah senantiasa mempermainkan dan menguji doktrin optimisme kehidupan yang dianut Candide, pemuda itu bersama seorang rekan memutuskan untuk melarikan diri ke belantara Amerika Selatan, di mana tanpa sengaja mereka menemukan El Dorado, Kota Emas yang menjadi impian bagi para penjelajah Eropa kala itu. Sebuah kota yang bahkan tanah dan batu kerikilnya adalah bongkahan emas, yang hiasan-hiasannya adalah batu-batu berharga, dan rumah paling sederhana di kota itu adalah 10 kali lipat lebih megah dari kastil tercantik di Eropa. 


Sudah menjadi ciri manusia untuk tidak pernah merasa puas dan cukup. Walau dikelilingi oleh harta berlimpah, makanan terlezat, dan orang-orang paling berbudi; pikirannya selalu tertuju pada sang kekasih hatinya, Cunegonde. Ia pun memutuskan untuk meminta izin dan pergi dari El Dorado demi sang pujaan hati. Dengan berat hati sang raja melapasnya. Candide diberi sejumlah kerikil dan batu dari El Dorado sebagai bekal. Harta itu nilainya melebihi dari kekayaan 10 raja Eropa dijadikan satu. Setelah kembali ke paradaban, Candide berpisah dari pelayannya. Ia memutuskan akan kembali ke Eropa sementara si pelayan diminta menebus nona Cunegonde. Mereka berjanji untuk bertemu di Venesia. 

Tapi, bahkan dengan harta dari  EL Dorado, kemalangan tiada henti terus menimpa Candide. Ia ditipu oleh seorang saudagar Belanda yang ternyata adalah seorang bajak laut. Sebagian besar hartanya ludes dicuri. Dengan harta yg tersisa, Candide mencari orang jujur sebagai temannya berlayar. Mereka akhirnya kembali ke Paris dan menyaksikan sendiri betapa kota itu tidak berubah dengan kebiadabannya.

"Manusia tidak terlahir sebagai serigala, tetapi ia menjadi serigala dalam hidup."(hlm. 28)

Candide memutuskan pergi ke Venesia untuk bertemu Cunegonde dan pelayannya. Ia memang berhasil menemuinya, tapi bukan di kota kanal itu, melainkan di Konstantinopel. Sayangnya, di sana lagi-lagi dia disambut oleh kemalangan. Penderitaan apa lagi yang menimpanya, pikir Candide frustrasi. Tapi, entah bagaimana tesis gurunya malah terbuktikan ketika dalam perjalanan itu dia akhirnya mendapatkan semua yang selama ini telah hilang darinya. Kemudian, apakah dia bahagia? Ternyata tidak, kemapanan malah membuat segala sesuatunya memburuk. Sampai akhirnya mereka menemukan tesis baru, yang mereka coba terapkan dan berhasil.

“Bahwa manusia dilahirkan bukan untuk berpangku tangan. Mari kita bekerja dan tanpa berfilsafat. Itu adalah satu-satunya cara untuk membuat hidup ini layak dijalani.” (hlm 201).


Voltaire yang bernama asli Francois Maria Arouet merupakan salah satu tokoh pemikir paling berpengaruh di masanya. Tokoh ini telah menghasilkan berbagai tulisan dan buku yang banyak dibaca oleh masyarakat di Prancis. Pemikirannya bahkan turut mempengaruhi pecahnya Revolusi Perancis (1789–1799). Buku ini merupakan sindirannya terhadap doktrin filsafat positivisme, sekaligus terhadap kota Paris yang dianggap telah membuangnya. Tidak heran kalau Paris dan negara-negara Eropa dalam Candide digambarkan sebagai tempat yang sangat buruk dan kejam. 

"Optimisme itu kegilaan yang membuat orang bersikeras semuanya baik-baik saja padahal kenyataannya tidak."(hlm. 114)
               
Voltaire juga menggambarkan kondisi-kondisi politik di sejumlah negara pada masa itu. Jika dilacak perjalanan Candide, bisa ditebak kalau penulis ini paham betul dengan kondisi internasional pada masa itu. Pembaca dibantu untuk memahami sudut pandang si penulis melalui berbagai catatan kaki dalam buku versi terjemahan ini, yang kebanyakan berupa info geografis dan politik. Candide adalah sebuah karya klasik yang sayang sekali untuk dilewatkan. 




Ikuti perjalanan ajaib Candide yuk bareng-bareng. Kebetulan ini Penerbit DIVA Press telah menyediakan empat novel CANDIDE untuk dibagikan GRATIS selama bulan Agustus 2019 ini. Salah satunya ada di blog Baca Biar Beken yang akan menjadi pembuka. Berikut ini cara ikutan:



1. Wajib follow Twitter Fiksi DIVA Press atau Fanpage Fiksi DIVA Press atau Instagram fiksi.divapress. Pilih salah satu saja sesuai media sosial yang kamu punya. Like/follow semuanya juga boleh kok.

2. Follow Twitter saya di @dion_yulianto atau instagram saya di @dion_yulianto

3. Wajib membagikan postingan ini di media sosial kamu. 

4. Silakan pilih di antara pilihan berikut di komentar. Cukup tulis pilihanmu saja, tidak perlu menyertakan alasannya. 

"Bosan karena bekerja atau bosan karena tidak bekerja?" 

5. Format jawaban

Nama:
Twitter/IG/FB kamu:
Link membagikan:
Jawaban: 

6. Satu pemenang beruntung akan mendapatkan satu novel Candide GRATIS dari Penerbit DIVA Press. 

7. Kuis ini berlangsung sampai 11 Agustus 2019 dan hanya berlaku untuk pembaca yang memiliki alamat pengiriman hadiah di wilayah Republik Indonesia. Buat yang belum beruntung, masih tersedia tiga novel gratis di tiga bloghost berikutnya. 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Trending Articles