Quantcast
Channel: Baca Biar Beken
Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Blogtour and Giveaway: Jungkir Balik Dunia Bankir

$
0
0
Judul: Jungkir Balik Dunia Bankir
Penyusun: Haryadi Yansah
Penyunting: Ayun
Cetakan: Pertama, Januari 2018
Tebal: 220 hlm
Penerbit: Laksana




Selalu ada cerita di balik setiap profesi tetapi tidak banyak pekerja yang bisa menceritakan kisah-kisah di balik meja kerjanya secara menghibur. Kayak gini nih yang kita butuh banget. Mengapa kita butuh cerita lucu, karena sebagaimana sesekali kita butuh menertawakan kehidupan agar tidak stres, kita juga butuh untuk menertawakan pekerjaan agar bisa tetap bertahan sampai tanggal muda. Setiap pekerjaan memang memiliki beban tanggung jawab yang berbeda-beda tetapi saya yakin selalu ada kisah-kisah menarik untuk diceritakan di dalamnya. Termasuk cerita-cerita lucu, atau bahkan nyebelin, selama bekerja yang kadang malah bikin ketawa ngakak saat dikisahkan ulang. Mungkin, inilah cara rahasia Tuhan untuk menjaga hamba-hambaNya tetap waras meskipun tengah diperas majikan #eh. Karena, ketika kita mampu mengambil yang baik-baik (atau dalam buku ini: yang lucu-lucu) dari setiap kejadian (atau  pekerjaan), hidup dan pekerjaan akan jauh lebih mudah untuk dijalani. Iya Mah ...iyaaaa.

Gue nggak ngerti, tampilan monitor jadi terlihat kayak benang kusut. Is there any problem with my heart?
Efek lama ngejomlo kayaknya. (hlm 29)


Bekerjalah untuk bos kamu seolah-olah kamu karyawannya, tetapi ingatlah bahwa kamu nggak harus jadi bos untuk bisa bahagia. Inilah yang saya tangkap dari Jungkir Balik Dunia Bankir karya Haryadi Yansyah ini. Sebelumnya, saya berpikir bahwa diantara semua jenis pekerjaan di Midgard, menjadi teller bank adalah yang paling ketat (bukan rok sepannyaaa tetapi peraturannya woy). Ya nggak kenapa-kenapa sih, tapi mereka ini kan setiap hari pegang duit orang yang jumlahnya beryuta-yuta atau bahkan triliunan? Nggak kebayang aja sih mereka sibuk ngitung duit segede itu sambil sambil iseng bikin meme Nasida Ria. Ribet ya! Tetapi, buku ini mengubah prasangka buruk saya. Jadi teller bank itu ternyata memang ribet *walah*, eh tetapi ada banyak hiburan juga di balik meja teller ternyata. Mulai dari melayani nasabah yang bikin kolesterol naik, mengganti uang yang hilang karena kesalahan input, hingga bertualang menembus gang-gang rawan demi mengejar embak-embak teller bank sebelah yang nggak takut makan uang riba. Mungkin hal-hal ini biasa dialami teller-teller bank lain di luar sana, tetapi baru Haryadi Yansah yang mampu mengisahkannya ulang dengan cara yang bikin saya bersyukur dulu nggak lolos pas ngelamar di Bank People Indonesia. 

Mulai dari halaman pertama membaca buku ini, saya sudah ingin bertemu langsung sama penulisnya. Bukan buat minta tanda tangan, tapi minta dia berhenti mengganggu ketenangan akhir pekan saya yang syahdu lewat pengalaman kocaknya saat mengikuti seleksi di Bank Independent (you know sendiri lah which bank it is). Selain lucu, penulis menceritakan proses seleksi itu dengan sangat detail, sampai ke cek kesehatan lewat pintu belakang yang %$#^*(&%$&((_(^!#$%@#(_&%$#(@X itu. Ibarat pepatah dari Alfamart* (nyensornya salah woy!) yang berbunyi: BUY ONE GET TWO, BELI BAKWAN DAPATNYA KAMYU, kita mendapatkan hiburan sekaligus pelajaran dunia pertelleran saat membaca buku ini. Saya yang awam istilah perbankan jadi semakin paham kalau saya memang awam tentang dunia perbankan. Pantes saja saya dulu nggak lolos seleksi ya, padahal sudah tahap wawancara ... sekippppp!  

“Ada riwayat sakit serius?”
“Nggak ada.” Bego itu penyakit, bukan?
“Kamu perokok?”
“Bukan, Dok.” Gue biasanya nyimeng daun sirih. Beda kan? (hlm 32)


Cara seseorang menanggapi setiap tantangan dan kesulitan dalam hidupnya memang berbeda-beda. Ada yang pura-pura antipati dan dengan cuek mengabaikan bahwa hidup itu kadang keras, Mamen! Ada juga yang memilih merengkuh kesulitan itu sebagai kawan tanding menyongsong kesuksesan. Ada pula yang memilih menertawakannya agar berat badan tetap terjaga (terjaga makmurnya gitu *sentil perut sendiri). Dengan menyimak berbagai kisah di bank dalam  buku ini, kita belajar bahwa pada akhirnya setiap pekerjaan, juga setiap manusia, adalah serupa. Ada baik dan senangnya, ada suka dan dukanya. Bahwa setiap manusia diciptakan dengan memiliki saldo tabungan yang tidak sama itu adalah hal yang wajar adanya. Yang tidak wajar adalah nasabah yang minta dipanggil “mbak” padahal jelas-jelas suaranya ngebas dan badannya kekar melintir. Satu lagi, jangan lagi merasa sensi kalau Anda dipanggil Bapak atau Ibu oleh teller saat sedang di bank. Bukan karena muka kita boros atau aura kita yang terlampau lampau, tetapi karena memang seperti itu standar operasional mereka.


“Inget ya, nasabah laki-laki harus kita panggil bapak dan nasabah wanita kita panggil ibu. Nggak boleh panggil mbak atau mas. Apalagi kalau manggilnya kebalik. Paham?”(hlm. 107)




Nah, buat kamu yang tertarik baca buku ini gratis? Bisa ikutan nih kuisnya di blog Baca Biar Beken sepanjang pekan kedua Januari 2018 ini. Begini caranya:

1. Wajib follow twitter Penerbit Diva Press atau Facebooknya di di sini.

2. Share atau bagikan postingan ini di media sosial kamu

3. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar:

"Berapa pin AMT kamu *digebuk satpam bank* hehehe nggak ding. Pertanyaannya, emmm nggak ada pertanyaan.  Cukup ngisi ini di komentar postingan ini

Nama:
FB/Twitter kamu:
Kota domisili: 
Tautan share:

4. Kuis ini berlangsung sampai 14 Januari 2018. Seluruh jawaban masuk akan saya undi untuk mendapatkan satu pemenang yang beruntung (atau malah apes #eh) menikmati si penulis *eh kok kayak ada yang salah ya?*  Anyway, terima kasih sudah ikut dan meramaikan.




Viewing all articles
Browse latest Browse all 469

Trending Articles