Judul: Rahasia Diary Pegon
Pengarang: Machtumah Malayati
Penyunting: Muhajjah Saratini
Sampul: Amalina
Cetakan: Pertama, Januari 2018
Tebal: 231 hlm
Penerbit: DIVA Press
"Lari dari masalah bukan solusi. Hadapi dengan berani. Karena siapa yang lari akan merugi."(hlm. 68)
Pengarang: Machtumah Malayati
Penyunting: Muhajjah Saratini
Sampul: Amalina
Cetakan: Pertama, Januari 2018
Tebal: 231 hlm
Penerbit: DIVA Press
"Lari dari masalah bukan solusi. Hadapi dengan berani. Karena siapa yang lari akan merugi."(hlm. 68)
Sebagian besar kita berubah ke arah kebaikan secara bertahap. Sebagian lagi mungkin mendapatkan hidayah yang mengubah drastis perjalanan hidupnya ke arah yang lebih baik. Tetapi yang kedua ini langka. Sebagaimana seorang yang belajar membaca al-Qur'an, sebagian besar proses menuju kebaikan berlangsung tahap demi tahap. Dimulai dengan niat yang kuat, diiringi tekad tak tergoyahkan, serta dimantapkan oleh kesungguhan untuk terus meniti jalan kebaikan itu hari demi hari. Dengan proses seperti ini, kebaikan yang tertanam akan lebih mengakar kuat dan tidak mudah tergoyahkan oleh godaan yang datang. Konsep belajar agama secara berproses ini lah yang saya temukan dalam Rahasia Diary Pegon ini. Novel ini tidak bertumpu pada satu tokoh yang serbasempurna bak malaikat. Penulis menggunakan karakter yang umum kita temukan di kehidupan nyata, seorang gadis remaja metropolitan yang pemberontak. Tetapi justru dari karakter yang tak sempurna seperti Nur Laila ini, saya merasakan bagaimana proses belajar agama yang disampaikan secara lebih manusiawi, secara alamiah, dan tidak memaksa.
Alkisah, Nur Laila mendadak harus mengalami perubahan besar dalam hidupnya yang masih belasan tahun. Ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja, sementara sang ibu telah meninggal saat melahirkannya. Sebagai yatim piatu, gadis itu harus ikut tinggal bersama neneknya, Mbah Bin. Dari kota Surabaya yang serba ramai dan gemerlap, Nur kini harus tinggal di dusun yang gelap dan sangat sepi. Bukan hanya itu, neneknya terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Gadis itu juga dipaksa untuk mengikuti berbagai kajian keagamaan di mushola yang ada di dekat rumah Mbah Bin. Keberadaan ustad-ustadzah baik yang ada di sana malah semakin membuat Nur Laila illfeel. Tetapi, semuanya berubah ketika pada suatu hari secara tak sengaja Nur menemukan sebuah diary lusuh milik almarhumah ibunya. Sayangnya, diary itu ditulis dalam aksara Arab yang tidak bisa dimengerti Nur. Setelah melancarkan jurus SKSD dan tanya sana sini ke Ustad Ilham, Nur akhirnya mengetahui kalau itu adalah aksara pegon. Untuk bisa membaca ungkapan hati mendiang ibunya dalam diary unik itu, mau tak mau Nur harus mulai belajar membaca huruf-huruf Hijaiyah.
Aksara pegon mungkin bukan hal yang asing bagi mereka yang pernah menempuh pendidikan di pesantren. Huruf-huruf Arab gundul (tanpa harakat) ini memang sering digunakan dalam memaknai kitab-kitab kuning. Bisa dibilang, huruf pegon itu huruf Arab yang menyesuaikan bunyi. Penulis bahkan memberikan gambaran yang cukup detail sekaligus tidak rumit tetang huruf pegon ini di halaman 140 sampai 142. Kita pun bisa ikut belajar menuliskannya. Menulis diary dengan aksara pegon, ini sungguh ide yang sungguh out of the box. Dan lewat aksara inilah, Tuhan menuntun Nur untuk mulai menapaki jalan kebaikan. Meskipun niat awalnya hanya agar dia bisa membaca diary rahasia ibunya, aksara-aksara ini juga mengantarnya untuk mulai memandang orang-orang dan lingkungan baru di sekitarnya dengan pandangan yang lebih positif. Keceriaan anak-anak di pedesaan, kebaikan tanpa pamrih dari paman dan bibinya, Mbah Bin yang sejatinya sangat menyayanginya; diary itu benar-benar menjadi hadiah tak ternilai untuknya.
Saya suka novel ini karena ia novel religi yang tidak meledak-ledak dalam menyampaikan nilai-nilai kebaikan, slow tapi malah mengena. Sebagai sebuah novel religi, Rahasia Diary Pegon tetap berubaya menyampaikan nilai-nilai dakwah, tetapi, penulis tidak menyampaikannya dengan bertarik-teriak memaksa. Tidak juga dengan menggunakan tokoh serbasempurna yang ujung-ujungnya hanya menjadi idola dan bukan panutan. Bahwa setiap menusia memiliki kekurangan, itu niscaya. Tetapi, bagaimana setiap menusia berjuang dan berproses untuk terus memperbaiki diri sekuat tenaga dengan jalan apa pun yang telah dipilihkan Tuhan untuknya, seperti inilah yang saya rasakan saat membaca novel bersampul cantik ini. Nur Laila tidak tiba-tiba berubah menjadi muslimah taat hanya karena lingkungannya berbeda. Bahkan, di sepanjang buku ini saya menyaksikan betapa Nur ini terus-menerus berusaha memberontak kepada segala atribut yang melambangkan agama di sekitarnya. Justru ini yang menjadikan kisah itu terasa manusiawi, karena kita dekat dan mungkin pernah mengalami gejolak-gejolak serupa. Karena sebuah karya sastra yang baik adalah yang mencerminkan realitas di sekitarnya, dan ini yang saya temukan dalam Rahasia Diary Pegon.
Ingin tahu lebih banyak tentang isi dari diary rahasia milik Nur? Mending baca sendiri saja di novelnya. Kebetulan nih Penerbit DIVA Press menyediakan satu novel "Rahasia Diary Pegon" gratis untuk satu pemenang yang beruntung. Berikut ini cara ikutannya:
1. Wajib menyukai fanpage Penerbit DIVA Press atau mengikuti Twitternya di @divapress01 dan @diva_fiction.
2. Wajib share postingan kuis ini di media sosial kamu.
3. Kuis ini hanya berlaku untuk wilayah pengiriman di Republik Indonesia
4. Jawab pertanyaan berikut:
"Apa satu benda yang ingin banget kamu miliki di tahun 2018 ini? Benda konkret loh, bukan cinta atau hati apalagi kenangan."
5. Format jawaban:
Jawaban:
Nama:
Twitter/FB:
Tautan share:
6. Kuis ini berlangsung sampai 7 Januari 2018 sebelum dilanjutkan ke blog berikutnya.
Aksara pegon mungkin bukan hal yang asing bagi mereka yang pernah menempuh pendidikan di pesantren. Huruf-huruf Arab gundul (tanpa harakat) ini memang sering digunakan dalam memaknai kitab-kitab kuning. Bisa dibilang, huruf pegon itu huruf Arab yang menyesuaikan bunyi. Penulis bahkan memberikan gambaran yang cukup detail sekaligus tidak rumit tetang huruf pegon ini di halaman 140 sampai 142. Kita pun bisa ikut belajar menuliskannya. Menulis diary dengan aksara pegon, ini sungguh ide yang sungguh out of the box. Dan lewat aksara inilah, Tuhan menuntun Nur untuk mulai menapaki jalan kebaikan. Meskipun niat awalnya hanya agar dia bisa membaca diary rahasia ibunya, aksara-aksara ini juga mengantarnya untuk mulai memandang orang-orang dan lingkungan baru di sekitarnya dengan pandangan yang lebih positif. Keceriaan anak-anak di pedesaan, kebaikan tanpa pamrih dari paman dan bibinya, Mbah Bin yang sejatinya sangat menyayanginya; diary itu benar-benar menjadi hadiah tak ternilai untuknya.
Saya suka novel ini karena ia novel religi yang tidak meledak-ledak dalam menyampaikan nilai-nilai kebaikan, slow tapi malah mengena. Sebagai sebuah novel religi, Rahasia Diary Pegon tetap berubaya menyampaikan nilai-nilai dakwah, tetapi, penulis tidak menyampaikannya dengan bertarik-teriak memaksa. Tidak juga dengan menggunakan tokoh serbasempurna yang ujung-ujungnya hanya menjadi idola dan bukan panutan. Bahwa setiap menusia memiliki kekurangan, itu niscaya. Tetapi, bagaimana setiap menusia berjuang dan berproses untuk terus memperbaiki diri sekuat tenaga dengan jalan apa pun yang telah dipilihkan Tuhan untuknya, seperti inilah yang saya rasakan saat membaca novel bersampul cantik ini. Nur Laila tidak tiba-tiba berubah menjadi muslimah taat hanya karena lingkungannya berbeda. Bahkan, di sepanjang buku ini saya menyaksikan betapa Nur ini terus-menerus berusaha memberontak kepada segala atribut yang melambangkan agama di sekitarnya. Justru ini yang menjadikan kisah itu terasa manusiawi, karena kita dekat dan mungkin pernah mengalami gejolak-gejolak serupa. Karena sebuah karya sastra yang baik adalah yang mencerminkan realitas di sekitarnya, dan ini yang saya temukan dalam Rahasia Diary Pegon.
Ingin tahu lebih banyak tentang isi dari diary rahasia milik Nur? Mending baca sendiri saja di novelnya. Kebetulan nih Penerbit DIVA Press menyediakan satu novel "Rahasia Diary Pegon" gratis untuk satu pemenang yang beruntung. Berikut ini cara ikutannya:
1. Wajib menyukai fanpage Penerbit DIVA Press atau mengikuti Twitternya di @divapress01 dan @diva_fiction.
2. Wajib share postingan kuis ini di media sosial kamu.
3. Kuis ini hanya berlaku untuk wilayah pengiriman di Republik Indonesia
4. Jawab pertanyaan berikut:
"Apa satu benda yang ingin banget kamu miliki di tahun 2018 ini? Benda konkret loh, bukan cinta atau hati apalagi kenangan."
5. Format jawaban:
Jawaban:
Nama:
Twitter/FB:
Tautan share:
6. Kuis ini berlangsung sampai 7 Januari 2018 sebelum dilanjutkan ke blog berikutnya.
Terima kasih sudah meramaikan.