Judul : Erstwhile, Persekutuan Sang Waktu
Pengarang : Rio Haminoto
Penerbit: Koloni (imprint M&C!)
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal: 367 hlm
Pengarang : Rio Haminoto
Penerbit: Koloni (imprint M&C!)
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal: 367 hlm
Selalu menyenangkan membaca buku-buku berjenis 'perjalanan waktu'. Walau tidak selalu menggunakan mesin waktu, perjalanan waktu juga bisa dilakukan dengan mundur ke belakang ke era penjelajahan samudra lewat pembacaan manuskrip dari Abad ke-14 M. Sebuah abad yang juga menjadi saksi kebesaran salah satu kerajaan kuno di Nusantara, yakni kerajaan Majapahit. Dibawah pimpinan raja dan ratu legendaris yang dikawal oleh Mahapatih Gadjah Mada, Majapahit tumbuh menjadi kerajaan Maritim yang kekuasaannya membentang mulai dari Semenanjung Malaya hingga pulau Ambon. Banyak sejarahwan dan peneliti masih terkagum-kagum dengan bagaimana sebuah kerajaan di pojok Jawa ini bisa tumbuh menjadi hampir semacam imperium yang luas wilayahnya hampir menyamai bahkan melampaui luas negara Republik Indonesia saat ini. Peran penting Maha Patih Gadjah Mada memang tak diragukan lagi bagi kejayaan kerajaan ini, tapi banyak hal tentang sosok agung ini yang masih berselimut misteri. Beragam dugaan diajukan, tetapi nyatanya masih sangat sedikit yang kita ketahui tentang sosok yang telah berjasa besar bagi kejayaan nusantara di masa lampau ini.
Konon, sosoknya yang tergambar dalam sebuah arca peninggalan Majapahit dan pernah kita lihatdi buku pelajaran sejarah itu sebenarnya juga bukan sosok beliau. Sosok Gadjah Mada memang masih menjadi kontroversi. Siapakah orang tuanya? Apakah Gajdah Mada pernah jatuh cinta? Dan, dimanakah makam dari tokoh besar ini? Penulis Erstwhile berupaya menjawab celah sejarah yang masih terselubung misteri itu lewat karya fiksi. Memadukan antara kisah sejarah dengan roman, Erstwhile menjadi sebuah bacaan kaya data yang mengesankan dan sama sekali tidak membosankan. Penulis mampu meracik sebuah kisah untuk mencoba mengisi celah-celah belum terungkap dalam sejarah nusantara yang bergerak cepat dan membikin penasaran. Dalam satu hari saya mampu menandaskan membaca novel apik ini karena asyiknya tema yang diangkat serta kepiawaian penulis menyajikan cerita yang saya yakin butuh riset panjang untuk bisa menulisnya.
Semua berawal dari lelang sebuah naskah kuno karya Picaro Donevante, seorang Florence yang terbuang ke Paris pada awal tahun 1300-an. Demi cintanya kepada seorang wanita, Donevante bertekad mengikuti jejak penjelajah besar Marcopolo yang telah melakukan perjalanan ke Tiongkok (Cathay) ratusan tahun sebelumnya. Anak muda itu begitu terpukau dengan deskripsi kota-kota yang kaya akan emas dan rempah-rempah di timur. Dia bertekad akan ikut membangun kekayaannya dari bisnis perdagangan dengan bangsa Cathay selain untuk mewujudkan impiannya untuk bisa lebih mengenal dunia Timur. Perjalanan pun dimulainya, walau dengan modal nekat dan uang seadaanya. Tapi kesungguhan dan ketulusan hatinya telah menggerakkan takdir dan mengubah tujuannya. Alih-alih berkunjung ke Cathay, Donevante dan rekan-rekan seperjalanannya malah sampai ke sebuah kerajaan kuno di nusantara yang selama puluhan tahun ke depan akan menjadi bagian dari hidupnya: Majapahit.
Di negeri inilah, Donevante berkawan akrab dengan Mahapatih Gadjah Mada, juga dengan Ratu Tribhuwana Tunggal Dewi, dan Raja Hayam Wuruk. Bahkan, pria ini menjadi ‘teman curhat’ dari ibu suri Gayatri yang menjadi poros kekuasaan Majapahit yang sesungguhnya. Dari hubungan perkawanan ini, Donevante kemudian menjadi sosok yang turut mendorong majunya Majapahit. Sebuah premis yang sangat menarik dari penulis, bahwa kemegahan dan kemajuan Majapahit selain karena peran besar Gadjah Mada juga karena adanya sosok asing lain dari belahan Bumi Barat bernama Picaro Donevante. Bule dari Italia ini membawa serta nilai-nilai renaisance Eropa ke Bumi Majapahit, dan dengan demikian memberikan pengaruh yang sangat besar pada kegemilangan Majapahit. Dia menyertai saat Gadjah Mada menyerang Bali, menaklukan Borneo, hingga menduduki Tumasik (Singapura). Donevante juga turut mengawal Putri Dyah Pitaloka dalam peristiwa memilukan yang kelak kita kenal dengan Perang Bubat. Bagi para penyuka sejarah, novel ini menjadi sejarah-alternatif yang sangat mengasyikan untuk diikuti. Pasti akan benar-benar keren membayangkan seorang bule tengah beramah tamah dengan para putri Majapahit membicarakan tentang nilai-nilai romantisme ala Eropa di sebuah keputren.
Meskipun banyak tokoh dan peristiwa sejarah dilibatkan di dalamnya, novel ini sama sekali tidak membosankan untuk dibaca. Justru karena premisnya yang unik, kita jadi dibikin penasaran dengan ujung petualangan seorang Picaro Donevante di bumi nusantara. alih-alih bosan, kita malah dapat banyak pengetahuan baru dan lebioh detail tentang sejumlah peristiwa sejarah yang selama ini kita ketahui hanya sekilas. Penggunaan sudut pandang pertama dan ketiga secara bergantian antara Picaro dan Rafa awalnya mungkin cukup mengganggu, tetapi terbukti kemudian menjadi penyegar saat pembaca sedang bosan dengan pemandangan di era jadul Majapahit. Apalagi, penulis menggunakan setting kota-kota besar di penjuru dunia, bergantian dengan setting nusantara sehingga membikin kita iri nggak bosan. Kemudian, penutup novel ini menyajikan sebuah simpulan yang memuaskan tentang sejumlah teka-teki dalam sejarah: siapa sebenarnya Gadjah Mada, bagaimana asal-usulnya, dan kalau memang Gadjah Mada pernah mengenal seorang Eropa di era renaisance, dimanakah pusaranya? Sejarah mencatat, semenjak Gadjah Mada menghilang, Majapahit pun perlahan mulai meredup demi menyongsong masa keruntuhannya. Apakah ini berkaitan dengan kepulangan Picaro Donevante ke Paris?
Sekarang, kita ke gratisan bukunya. Satu novel Erstwhile telah disediakan oleh Penerbit Koloni untuk satu calon pembaca yang beruntung di blogtour blog Baca Biar Beken. Berikut ini cara ikutannya:
1. Wajib likefanpage Penerbit Koloni atau instagram @kolonipublishers. Kalau belum punya IG, cukup follow FBnya saja nggak apa-apa.
2. Share/bagikan postingan ini di media sosial kamu (IG atau Twitter atau Facebook).
3. Jawab pertanyaan ini di kolom komentar, sekali saja ya.
"Kasih usul dong supaya sejarah bisa jadi tema yang menarik untuk dibaca atau diperbincangkan? Sertakan juga alasannya ya."
4. Silakan tulis pendapat bebas kalian dengan format sebagai berikut:
Nama:
Twitter/Facebook:
Domisili:
Link Share:
"Jawaban"
5. Blogtour di blog ini akan ditutup tanggal 23 Juli 2017. Pastikan kamu memiliki alamat kirim di NKRI ya. Terima kasih sudah ikutan.